Keutamaan Shaum 10 Hari Bulan Dzulhijjah

| Thursday 9 May 2013


Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh!

dalam kesempatan ini saya mw mengajak para sahabat untuk mengenal shaum yang di perintahkan namun hukum nya sunnah, namun meskipun hukumnya sunnah kita tetap harus berusaha menjalankan sunnah yang di contohkan rasulullah SAW, karena beliau mustahil menyerukan suatu perbuatan amalan tanpa ada manfaat.
sesungguhnya bila kita banyak menjalankan hal-hal yang sunnah  yang berasal dari sunnah nabi muhamad SAW dengan dalil hadits-hadits yang sahih, maka i.allah atas izin allah SWT, kita akan mendapatkan syafa'at dari nabi besar muhamad SAW di hari akhir nanti. 
Disunnahkan melakukan puasa pada sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Abbas radiyallohu ‘anhu bahwa Rasulullah bersabda,
مَا الْعَمَلُ فيِ أَيَّامٍ أَفْضَلُ مِنْهَا فيِ هذَا الْعَشْرِ، قَالُوْا وَلاَ الْجِهَادُ؟ قَالَ: وَلاَ الْجِهَادُ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ
“Tidak ada amal yang dilakukan pada hari-hari lain yang lebih baik daripada yang dilakukan pada sepuluh hari ini.” Para sahabat bertanya, “Tidak pula jihad?” Beliau menjawab, “Tidak pula jihad, kecuali seorang lelaki yang keluar dengan jiwa dan hartanya lalu ia tidak kembali dengan membawa apapun.” [H.R. al-Bukhari (969). An-Nawawi berkata dalam Syarh Muslim (3/251), "Yang dimaksud dengan sepuluh hari di sini adalah sembilan hari pertama dari bulan Dzulhijjah]
Sementara lafadz at-Tirmidzi berbunyi,
مَا مِنْ أَيَّامِ الْعَمَلِ الصَّالِحِ فِيْهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ، فَقَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَلاَ الْجِهَادُ فيِ سَبِيْلِ اللهِ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ :وَلاَ الْجِهَادُ فيِ سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذلِكَ بِشَيْءٍ
“Tidak ada hari-hari yang beramal shalih pada hari itu lebih Allah cintai daripada amal shalih yang dilakukan pada sepuluh hari ini.” Para sahabat bertanya, “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Beliau menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan jiwa dan hartanya lalu ia tidak kembali dengan membawa apapun.”
Dengan hadits di atas yang sahih, sahabat bisa menjalankan shaum sunnah tersebut dengan yakin, yaitu shaum 10 hari di awal bulan dzulhijjah.
Fadhilah 10 Hari Dzulhijjah
Banyak hadits yang menjelaskan fadhilah sepuluh hari ini. Di antaranya diriwayatkan dari imam Al-Bukhari, Abu Daud, Tirmidzi dan lainnya dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ
 فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ” فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: “وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ”
 “Tidak ada amal sholih yang lebih dicintai
 Allah dibandingkan pada hari sepuluh ini. Para sahabat bertanya; “Termasuk jihad fi sabilillah? Rasul bersabda: “Termasuk jihad fi sabilillah, kecuali seseorang yang keluar berperang dengan harta dan jiwanya dan tidak tersisa darinya sedikitpun –meninggal-.”
Dalam riwayat At-Thabrani:
“مَا مِنْ أَيَّامٍ يُتَقَرَّبُ إِلَى اللَّهِ فِيهَا بِعَمَلٍ أَفْضَلَ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ”،
“Tidak ada hari-hari yang lebih afdhal di mana taqarrub kepada Allah dilaksanakan pada hari tersebut kecuali hari-hari yang sepuluh ini.”
Menurut riwayat Ad-Darimi:
“مَا مِنْ عَمَلٍ أَزْكَى عِنْدَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَلاَ أَعْظَمَ أَجْراً مِنْ خَيْرٍ تَعْمَلُهُ فِي عَشْرِ الأَضْحَى”.
 “Tidak ada amal yang lebih baik di sisi Allah Azza wa Jalla dan tidak juga lebih besar pahalanya dibandingkan sepuluh hari idul Adha.”
Persepsi para sahabat bahwa jihad merupakan puncak ajaran Islam dan amal yang paling utama, sehingga mereka bertanya kepada Nabi saw. tentang amal shalih di hari-hari ini yang melebihi pahala dan derajat kewajiban jihad yang agung ini. Maka Nabi saw. menjelaskan bahwa jihad tidak mengalahkan amal shalih di hari-hari ini kecuali hanya kondisi satu saja, yaitu seorang berjihad dengan harta dan jiwanya, ia memperoleh syahadah dan hartanya habis, tidak tersisa sedikitpun darinya.
Kebutuhan Kita terhadap Rabbaniyah
Umat Islam sekarang ini melewati hari-hari baru, matahari izzah dan kemuliaan umat kembali bersinar. Itu semua mewajibkan kita untuk menguatkan Rabbaniyah dan hubungan yang intens dengan Allah Azza wa Jalla, sebagai upaya untuk meraih pertolongan dan dukungan dari Allah Azza wa Jalla secara berkelanjutan. Pada tahapan ini kita semua membutuhkan tambahan taqarrub pada Allah, meminta pertolongan kepada-Nya, merendah diri di hadapan-Nya karena Allah Dzat Pemberi pertolongan. Kita menghadap kepada-Nya dengan sepenuh hati dan anggota tubuh kita. Jika demikian, di atas jalan ibadah kita ini sejatinya kita telah memperkuat qiyadah atau kepemimpinan manusia menuju Allah Azza wa Jalla, dengan terus meminta kekuatan dari-Nya. Qiyadah Rabbaniyah yang kita berusaha mewujudkan dalam diri kita. Kita beribadah kepada Pencipta kita dengan Rabbaniyah. Allah berfirman dalam surat Al-Hajj:41.
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأرْضِ أَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الأمُورِ (٤١)
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”
Amaliyah Dalam Rangka Menghidupkan Rabbaniyah Pada 10 Dzulhijjah
Atas pijakan tersebut, kami ketengahkan beberapa amal dan kegiatan yang hendaknya dilaksanakan pada hari-hari penuh berkah ini, mengajak orang lain melaksanakannya, sehingga cakupan keta’atan meluas dan manusia menghadap kepada Allah pada hari-hari penuh berkah ini. Dengan demikian, rahmat Allah akan turun kepada kami, kepada negeri dan rakyat kami:
Pertama, mempersiapkan diri untuk menjemputnya. Menghadirkan niat baik untuk bersungguh-sungguh melaksanakan keta’atan pada waktu tersebut. Sebelum itu, hendaknya kembali mendekat kepada Allah dengan taubatan nashuha dan mensucikan hati.
Kedua, berusaha untuk shalat berjama’ah tepat waktu di masjid pada hari-hari ini. Berusaha dengan semangat menemui takbiratul ihram Imam artinya tidak terlambat takbiratul ihram imam, kemudian menjaga shalat sunnah qabliyah dan bakdiyah 12 rakaat.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم: “مَا تَوَطَّنَ رَجُلٌ مُسْلِمٌ الْمَسَاجِدَ لِلصَّلاَةِ وَالذِّكْرِ إِلاَّ تَبَشْبَشَ اللَّهُ لَهُ كَمَا يَتَبَشْبَشُ أَهْلُ الْغَائِبِ بِغَائِبِهِمْ إِذَا قَدِمَ عَلَيْهِمْ” رواه ابن ماجه.
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw.: “Tidaklah seorang muslim berangkat ke masjid untuk shalat dan dzikir, kecuali Allah akan merindukannya sebagaimana kerinduan orang yang lama tidak berjumpa kemudian ia kembali menemuinya.”  HR. Ibnu Majah
Ketiga, menjaga shalat nawafil harian, terutama shalat Dhuha, Witir dan Qiyamullail. Dalam hadits Qudsi Allah berfirman:
 “مَن عادى لي وليًّا فقد آذنتُه بالحرب، وما تَقَرَّبَ إليَّ عبدي بشيء أَحبَّ إليَّ مما افترضتُهُ عليه، وما يزال عبدي يَتَقَرَّبُ إليَّ بالنوافل حتى أُحِبَّه؛ فإذا أحببتُه كنتُ سَمْعَه الذي يَسمعُ به، وبَصَرَهُ الذي يُبصِرُ به، ويَدَهُ التي يَبطِشُ بها، ورِجْلَه التي يَمشِي بها، وإنْ سألني لأُعطِيَنَّه، ولئن استعاذ بي لأُعيذنَّه…
“Siapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka Aku menyatakan perang kepadanya. Dan tiada mendekat kepada-Ku seorang hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih Ku sukai daripada menjalankan kewajibannya, dan hamba-Ku senantiasa mendekat kepada-Ku dengan melakukan sunnat-sunnat, sehingga Ku sukai. Maka apabila Aku telah kasih padanya, Akulah yang menjadi pendengarannya dan penglihatannya, dan sebagai tangan yang digunakannya dan kaki yang dijalankannya, dan apabila ia memohon kepada-Ku pasti Ku-kabulkan, dan jika berlindung kepada-Ku pasti kulindungi.” HR Bukhari
Keempat, khotmul Qur’an dengan membacanya minimal satu kali pada 10 hari Dzulhijjah, artinya satu hari tiga juz.
Kelima, shuam pada hari-hari tersebut sesuai kemampuan kita, minimal hari Senin, Kamis dan hari Arafah. Siapa yang dikehendaki Allah shaum semuanya dengan sungguh-sungguh, maka pahalanya menjadi kewajiban bagi Allah atasnya, dan itu merupakan keutamaan dari Allah yang diberikan kepadanya.
Keenam, berupaya untuk senantiasa berdzikir dan berdoa pada hari-hari ini, terutama dzikir pagi dan petang, berusaha dzikir kondisi tertentu, do’a khutmul Qur’an, dzikir mutlak (minimal 1000 perhari) seperti istighfar, tasbih, tahmid, tahlil, takbir dan memperbanyak shalawat atas nabi saw.
Ketujuh, hendaknya setiap muslim dan muslimah yang tidak berhaji menghadirkan kewajiban haji di hatinya, merasakan manasik haji dan syi’ar-syi’ar lainnya seakan-akan ia bersama mereka. Merasakan makna pengorbanan,  pengabdian dan keta’atan.
Kedelapan, semangat dalam berdo’a pada hari-hari ini, dengan memperhatikan waktu-waktu mustajab setelah shalat, ketika sujud, ketika ifthor, sahur. Jangan lupakan do’a untuk kemenangan dan kemajuan umat Islam keseluruhan, terutama saudara-saudara kita di Suriah, Palestina, Burma dan negara-negara minoritas Muslim agar kezhaliman diangkat dari mereka dan dijauhkan dari bencana.
Kesembilan, infaq fi sabilillah, terutama sadaqah rahasia, karenanya bisa memadamkan kemarahan Tuhan. Hendaknya setiap kita menyiapkan dana untuk dikeluarkan dalam rangka kebaikan.
Kesepuluh, berusaha untuk ibadah di Masjid, yaitu berdiam diri antara waktu fajar sampai matahari terbit, minimal dua kali pada hari-hari ini. Rasul bersabda:
“من صلى الغداة في جماعة ثم قعد يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كانت له كأجر حجة وعمرة تامة تامة تامة” (رواه الترمذي وصححه الألباني).
“Siapa yang shalat shubuh berjamaah kemudian duduk mengingat Allah hingga matahari terbit kemudian shalat sebanyak dua rakaat, maka untuknya pahala sebagaimana pahala haji dan umrah yang sempurna, sempurna dan sempurna” HR. Tirmidzi
Kesebelas, menghidupkan sunnah berkorban, berazam untuk melaksanakannya dikarenakan fadhilah dan pahala yang besar. Rasulullah saw. bersabda:
“ما عمل ابن آدم يوم النحر أحب إلى الله من إهراق الدم، وإنه ليؤتى يوم القيامة بقرونها وأشعارها وأظلافها، وإن الدم ليقع من الله بمكان قبل أن يقع بالأرض، فطيبوا بها نفسًا” رواه الترمذي وابن ماجه وصححه الألباني.
“Tidak ada amal yang dilakukan oleh anak Adam lebih disukai oleh Allah di hari korban selain dari mengalirkan darah (menyembelih qurban). Sesungguhnya korbannya itu di hari kiamat akan datang menyertai bani Adam dengan tanduk-tanduknya, bulunya dan kuku-kukunya. Dan darah qurban tersebut akan menetes di suatu tempat (yang diridlai) Allah sebelum menetes ke bumi, maka relakanlah korban itu.” HR.Tirmidzi
Keduabelas, hendaknya seorang muslim menganjurkan keluarganya; istri dan anak-anaknya untuk menyambut jamuan Allah swt ini, membantu mereka untuk melaksanakan kebaikan dan keta’atan pada hari-hari ini, sehingga Rabbaniyah hidup di rumah kita. Dan hendaknya setiap muslim berusaha melaksanakan taujihat dan pesan-pesan ini di lingkungannya bersama teman-temannya, dengan tetangganya dan menganjurkan mereka melaksanakannya, karena: “Siapa yang menunjukan kebaikan baginya pahala persis seperti orang yang melakukannya” sehingga manfaatnya meluas dan suasana keta’atan melingkupi semua umat Islam. Dengan demikian kita telah menghidupkan Makna Rabbaniyah pada diri kita, keluarga kita, masyarakat kita dan umat Islam.
“Ya Allah, karuniakan kepada kami keikhlasan dalam perkataan dan perbuatan, saat sendiri atau dalam keramaian. Karuniakan kepada kami perkataan baik dan benar saat ridha atau ketika marah. Ya Allah, jadikan kami orang-orang yang menikmati jamuan-Mu di hari-hari yang baik ini. Dan do’a akhir kami bahwa segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”  

0 komentar:

Post a Comment

Next Prev
▲Top▲